Cara Pembuatan Kolam Pemijahan Non Permanen

Kolam pemijahan adalah kolam yang digunakan peternak untuk mengawinkan ikan jantan dengan ikan betina hingga bertelur dan menetas menjadi benih. Kolam pemijahan non permanen menggunakan terpal sebagai dasar dan dinding kolam. Terpal yang digunakan adalah terpal yang baru (bukan bekas) sehingga belum memiliki lubang-lubang mikro yang dapat menjadikan air merembes keluar.

Terpal sebagai dasar kolam pemijahan
Terpal yang akan digunakan sebagai dasar kolam harus dicuci terlebih dahulu dengan sabun dan dibilas hingga bersih. Terpal yang baru dibeli terkadang mengandung bahan-bahan tertentu yang dapat meracuni benih lele sehingga perlu dibersihkan dulu. Setelah dicuci, terpal dikeringkan beberapa saat dan baru bisa digunakan sebagai alas kolam pemijahan.

Agar proses pemijahan lele optimal, kolam pemijahan tidak boleh terlalu sempit dan terlalu luas. Kolam yang terlalu sempit akan mengurangi gerakan lele, sehingga kurang bebas saat bercumbu di kolam. Sedangkan kolam yang terlalu luas akan menyebabkan proses pembuahan tidak optimal karena proses penyatuan sperma dan telur terjadi di dalam air. Bentuk dan ukuran kolam yang dapat digunakan untuk pemijahan lele adalah sebagai berikut.
  • Bentuk persegi panjang dengan ukuran 2 x 3 m dan kedalaman 0,5 m
  • Bentuk lingkaran dengan diameter 2,5 m dan kedalaman 0,5 m

Kolam yang berbentuk lingkaran lebih aman bagi lele, karena lele cenderung berenang berputar-putar. Kolam yang berbentuk persegi panjang dapat menghambat pergerakan lele karena memiliki sudut di keempat ujungnya. Namun pembuatan kolam persegi panjang lebih mudah, sehingga banyak peternak yang lebih memilih persegi panjang daripada lingkaran.

Baik kolam yang berbentuk persegi panjang ataupun lingkaran dapat dibuat dengan dua metode yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
  • Metode bawah permukaan tanah
  • Metode atas permukaan tanah

Kolam bawah permukaan
Kolam bawah permukaan tanah dibuat dengan menggali tanah sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Hasil galian diratakan dan diusahakan terbebas dari benda tajam seperti kerikil atau pecahan kaca. Setelah itu bagian bawah kolam diberi alas dengan karung-karung bekas atau spanduk bekas sebelum dipasang terpal. Setelah alas selesai, barulah terpal dipasang dengan bagian samping atasnya ditahan dengan pasak yang terbuat dari kayu maupun logam.

Kolam atas permukaan
Untuk kolam atas permukaan, tidak perlu menggali tanah karena kolam ada di atas tanah. Pertama yang harus dipersiapkan adalah membuat dinding kolam dari rangka bambu yang dibentuk dinding (jawa: getek). Jangan lupa untuk meratakan tanah di bawahnya sehingga bebas dari benda tajam. Setelah itu memberi alas berupa karung atau spanduk bekas, dan terakhir barulah dipasang terpal. Terpal ditahan dengan mengikat bagian samping atas terpal dengan dinding bambunya. 

Ijuk sebagai tempet penempelan telur
Kolam pemijahan perlu diberi media untuk bertelur lele (kakaban). Media bertelur biasanya terbuat dari ijuk yang diikat dengan tali sehingga nampak seperti tumpukan rumput-rumput air. Lele akan mengeluarkan telurnya di sekitar ijuk tersebut dan akan menempel pada ijuk. Apabila tidak tersedia ijuk, dapat menggunakan bahan-bahan lain yang sekiranya dapat menjadi tempat penempelan telur.

Setelah kolam selesai, jangan lupa untuk membuat penutup kolam dari plastik, terpal atau bambu. Kolam perlu ditutup karena lele dapat melompat keluar kolam karena stres setelah dipindahkan. Lele yang telah melompat keluar biasanya akan terluka dan kemungkinan terjadi perkawinan sangat sedikit. Biasanya yang sering melompat keluar adalah lele jantan karena biasanya lebih agresif daripada betina, terutama apabila telah matang gonad.

Kolam untuk pemijahan cukup diberi air setinggi 20 cm, dan tidak perlu diberi saluran pembuangan air. Kolam ini hanya diperlukan untuk menelurkan lele dan membesarkan benih hingga ukuran tertentu sebelum akhirnya nanti akan dipindahkan ke kolam pembesaran. 

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Cara Pembuatan Kolam Pemijahan Non Permanen"

Post a Comment